Surat Singkat dari Perempuan

By Laili Muttamimah - April 17, 2014


Credit: Debby Hudson on Unsplash

Dear Laki-laki,

Mau sampai kapan terus begini? Datang dan menghilang tanpa permisi. Sebentar singgah lalu angkat kaki, sebentar menetap lalu pergi. Mau sampai kapan? Ketahuilah, bukan kalian saja yang lelah, kami pun begitu. Bukan kalian saja yang merasa jenuh akan ketidakpastian, kami pun begitu. Kami cukup muak dengan kalian yang datang dengan senyum dan pergi membawa air mata kami. Kami sangat lelah mengikuti permainan kalian.

Kami tahu, menjadi seorang laki-laki memang berat. Kalian terus-menerus disodorkan oleh pernyataan bahwa "Laki-laki harus menepati janji" atau "Laki-laki harus berpegang teguh dengan prinsip". Kami tahu ada saatnya dimana janji yang kalian ucapkan tak bisa dipenuhi, ada saatnya prinsip yang kalian pegang tak lagi bisa dijalani, tapi kami bisa memaklumi itu jika kalian memberi kami alasan yang pasti.

Kalian benar, sebagian dari kami memang menutupi diri dengan rasa gengsi untuk memulai duluan. Sebagian dari kami mungkin egois untuk meminta kalian tetap mengejar kami, karena apa? Karena kami ingin tahu berapa besarnya usaha kalian untuk mendapatkan kami. Kami bukannya membiarkan kalian tanpa kepastian, kami hanya mencegah perasaan yang tidak kami inginkan.

Ketika kami tidak bisa membalas perasaan kalian dan mencoba memberi 'kode' dengan bersikap cuek, kalian malah men-judge kami sok jual mahal, padahal kami hanya ingin menjaga perasaan kalian agar tidak berharap terlalu jauh.

Satu hal yang kalian perlu tahu, ketika kami menyukai seseorang (dan tahu bahwa orang yang kami suka punya rasa yang sama) kami tanpa canggung akan memulai lebih dulu. Atas dasar perasaan, kami akan mengirim pesan lebih dulu (meski dengan basa-basi dan topik yang nggak jelas) kami selalu mencari kesempatan untuk mengobrol dengan kalian walau singkat waktu. Kami pun nggak segan buat menyapa lebih dulu atau dengan sengaja menemui kalian, hanya untuk melakukan sesuatu bersama walau hanya sebentar. Kami pun dengan rela ikut menyukai hal yang kalian sukai (game, bola, olahraga, film horror, musik rock) meski awalnya semua itu berat, namun bila melakukannya bersama kalian, kami akan sangat senang.

Ketahuilah bahwa kita berdua sama. Kita dapat saling membahagiakan, dapat pula saling menyakiti. Kalau kita memang ditakdirkan untuk bersama, maka Tuhan akan mempermudah jalan pertemuan kita. Meski dalam situasi yang rumit, meski dalam timbunan rasa sakit, kita pasti akan memperjuangkan cinta kita bersama-sama (tanpa pusing memikirkan siapa yang harus memulai lebih dulu).

Ketika kami nggak mau "ngomong duluan", itu tandanya kami was-was akan tersakiti kalau-kalau perasaan yang telah lama kami simpan rapi ini, diobrak-abrik oleh kalian dalam sekejap.  Kalian datang dengan berbagai alasan untuk membuat kami nyaman dan pergi begitu saja tanpa alasan yang pasti, apa siklusnya selalu seperti itu?

Jika kalian butuh kepastian, kami pun begitu. Tapi kepastian itu nggak akan tercipta kalau di antara kita masih saling memikirkan siapa yang harus bergerak lebih dulu.

Jangan jadikan cinta sebagai perhitungan, tapi jadikan apa yang telah kita lakukan sebagai rasa ikhlas karena cinta.

Sejujurnya, kami iri pada kalian yang bisa menggunakan logika lebih baik ketimbang perasaan. Meski hati kalian merasa sakit, namun otak kalian selalu berputar mencari jalan untuk keluar dari rasa sakit itu. Bagaimana kami? Kami memang tidak sekuat kalian. Meski logika kami bisa mencari jalan keluar, namun perasaan kami yang rentan itu selalu menutupinya. Rasa sayang dan rindu itu selalu menahan kami untuk pergi dari kalian, dan sakit hati itu menjadi berkepanjangan.

Tapi...

Terima kasih, untuk kalian yang telah menganggap kami begitu berharga, untuk kalian yang menyayangi kami sepenuh hati, dan untuk kalian yang memperlakukan kami seperti perempuan seutuhnya.

Walau bagaimana pun, kelak kalian akan menjadi pemimpin dalam hidup kami. Kalian akan melindungi kami dalam rengkuhan kalian, dan kami akan menghormati kalian sebagai seorang laki-laki, tanpa diminta.

  • Share:

You Might Also Like

4 komentar

  1. Dua surat (surat ini, dan surat yang dibalas) pada akhirnya menyambungkan dua benang ke kesimpulan bahwa menjadi laki-laki ataupun perempuan baik tidak pernah mudah. Selalu memakan korban, bahkan tak jarang diri sendiri.

    Mari kita fokus ke solusinya.
    Menurutku, semua cuma masalah waktu. Seperti yang pernah aku tuliskan di sini: http://daraprayoga.com/waktu-itu/
    Kelak, jika memang baik, pasti kelak akan ada orang yang tepat yang baik pula: http://daraprayoga.com/bertemu-orang-yang-tepat/

    Tugas kita sebagai orang (yang insyaAllah) baik, hanya berusaha dan percaya.

    Tulisan yang bagus. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Bang, udah baca :) Daraprayoga.com udah jadi makanan sehari-hari saya setiap galau, Bang. Hihi:"D sukses selalu, Bang Oka!

      Delete
  2. Untuk tulisan yang ini, gue bener2 speechless, gatau harus muji lo dengan apalagi...

    ReplyDelete