Menulis #3: Menulis Sebagai Profesi Utama, Apakah Menguntungkan?

By Laili Muttamimah - January 19, 2020

Credit: Chritstin Hume on Unsplash

Ada satu pertanyaan yang sering dilontarkan kepada saya: passion lo kan nulis, kenapa lo nggak kerja jadi penulis aja? Dan biasanya saya akan jawab dengan: Gue akan, tapi nggak sekarang. Kemudian, muncullah pertanyaan "kenapa" dan "kenapa" lainnya.

Industri kreatif memang lagi berkembang pesat saat ini, ada banyak perusahaan yang membutuhkan jasa kepenulisan. Itu mengapa, profesi menulis mulai diincar oleh banyak orang. Namun, nggak sedikit dari mereka yang mempertanyakan seandainya mereka memilih bekerja penuh waktu sebagai penulis, apakah hal itu akan menguntungkan?

Saya ingin berbagi pengalaman saya sedikit. Sudah kurang lebih enam tahun saya merambah dalam dunia kepenulisan, meski lingkupnya masih sebagai penulis novel. Harus saya akui, menjalani profesi sebagai penulis novel cukup menguntungkan, rasanya kita seperti punya pemasukan pasif dalam rekening kita tanpa harus 'melakukan apa pun'. Hanya saja, hingga saat ini saya belum merasa menjadi penulis novel bisa dijadikan profesi utama di Indonesia (nggak tahu kalau di luar negeri ya), dikarenakan royalti hanya masuk dalam periode Februari dan Agustus, tergantung penerbit masing-masing, tentu saja, dan itu tandanya kita harus mengatur pengeluaran sedemikian ketat untuk bulan-bulan ketika royalti kita belum dicairkan. Solusi lainnya adalah kita menulis dan menerbitkan novel sebanyak-banyaknya agar bisa mendapatkan royalti yang lebih banyak. Tapi, pertanyaannya, bagaimana kualitas karya jika kita dikejar ambisi mendapatkan keuntungan? Itu mengapa, saya nggak pernah menjadikan menulis novel sebagai pekerjaan utama, karena saya ingin menulis novel saya sebagai karya, bukan sesuatu yang semata-mata ingin saya jual. Hal itu pula yang membuat royalti adalah pemasukan pasif bagi saya.

Sejatinya, profesi menulis memang menjual karya dan isi pikiran kita. Ada satu penulis yang baru-baru ini menyebutkan melalui media sosial bahwa menurutnya kata-kata bukanlah komoditas, ketika yang dia lakukan adalah 'menjual' kata-kata itu sendiri. Saya sendiri nggak setuju dengan pendapat itu, karena menurut saya profesi penulis atau perangkai kata memang sangat dibutuhkan di industri kreatif saat ini.

Yang saya sadari adalah belum banyak orang yang terjun dalam bidang kepenulisan saat ini, bahkan mengaku belum mampu mengolah kata dengan baik. Bulan November lalu, saya bertemu kembali dengan dosen saya dan bercerita kepada beliau bahwa saat ini saya sedang menjalankan bisnis di bidang agensi kreatif. Kemudian, beliau berkata, bahwa layanan menulis mungkin akan jadi peluang terbesar untuk agensi saya, karena bahkan nggak semua agensi menawarkan jasa kepenulisan.

Hal itu yang pada akhirnya mengubah perspektif saya tentang profesi penulis. Bagi saya, menulis novel memang belum bisa dijadikan profesi utama, tapi saya bisa menulis dalam format selain novel yang mungkin bisa menghasilkan keuntungan. Sejak itu, saya coba menantang diri saya untuk menawarkan jasa kepenulisan kepada perusahaan, dan akhirnya saya benar-benar terjun dalam profesi ini sebagai pekerja lepas (untuk saat ini). Apakah hasilnya menguntungkan? Sangat. Saya pernah menangani salah satu klien dengan jasa penulisan artikel kesehatan, yang mana saya mendapatkan penghasilan bersih sebesar lima juta rupiah dalam kurun waktu dua minggu untuk 9 penulisan artikel 500 kata dan 3 copywriting. Itu baru satu klien, saya masih mendapatkan penghasilan juga dari klien lainnya. Di sisi lain, meski tenggat waktu cukup ketat (dan saya mengerjakannya pada akhir pekan atau tengah malam sepulang kerja) saya menyukai prosesnya karena gairah menulis selalu mengalir dalam darah saya (cielah). Setelah itu, saya sadar bahwa kemampuan ini memang sangat dibutuhkan, dan ketika nantinya saya siap melepaskan diri dari pekerjaan formal, mungkin saya akan banyak menekuni bidang ini.

Selain sebagai penulis novel dan artikel, ada profesi menulis lain yang dibutuhkan dalam industri kreatif saat ini. Berikut adalah profesi yang bisa teman-teman coba jika tertarik untuk terjun dalam industri kepenulisan.

1. Penulis Konten
Era digital membuat banyak perusahaan dan merek mulai melakukan kegiatan pemasaran di kanal digital, salah satunya media sosial. Itu mengapa, profesi penulis konten sangat dibutuhkan, baik untuk caption media sosial maupun website. Jika kamu adalah tipikal orang yang suka menulis dengan padat, singkat, dan jelas serta mengikuti perkembangan tren digital, profesi penulis konten mungkin akan cocok untukmu. Salah satu kemampuan tambahannya adalah kamu harus bisa mengidentifikasi tulisan mana yang cocok untuk kanal tertentu, karena setiap kanal memiliki ciri tulisan yang berbeda.

2. Copywriter
Kamu suka memperhatikan iklan? Lalu, tanpa kamu sadari, slogan iklan tersebut terngiang-ngiang di benak kamu? Itu tandanya sang copywriter telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Jasa seorang copywriter lebih banyak dipakai dalam bidang periklanan, mereka biasa membuat pesan iklan yang panjang menjadi sangat ringkas dan unik sesuai dengan nilai merek yang mereka iklankan agar mampu diingat oleh target pasar mereka. Kalau kamu merasa diri kamu suka berpikir out of the box, kreatif, dan bisa menyederhakanan hal kompleks, profesi ini mungkin cocok untuk kamu. Copywriter juga merupakan profesi yang banyak digandrungi saat ini.

3. Penulis Naskah atau Skenario
Ini dia salah satu profesi yang juga banyak diincar oleh kaum muda: penulis skenario! Melihat adegan-adegan yang selama ini hanya bersarang di kepala menjadi sebuah potongan film di layar kaca pastinya sangat menakjubkan, itulah yang dirasakan oleh para penulis skenario. Profesi penulis skenario dapat dikatakan sangat menguntungkan, karena biasanya sang penulis akan terjun dalam proyek besar. Ada banyak kelas kepenulisan skenario juga yang bisa diikuti oleh kamu yang tertarik menjadi penulis skenario, juga teknik-teknik yang bisa kamu pelajari dari media sosial atau buku (Raditya Dika dan Ernest Prakasa sering membagi tips menulis skenario di akun media sosial mereka). Jika kamu tertarik menjadi penulis skenario, ada baiknya kamu mengikuti kelas dan mempraktikannya dengan membuat film kecil-kecilan. Di sanalah kemampuanmu akan terlatih, sebelum nantinya mengirim naskah tersebut kepada rumah produksi!

4. Jurnalis
Profesi yang satu ini mungkin sudah sering kita dengar. Ya, menjadi jurnalis juga profesi yang cocok bagi kamu yang suka menulis. Bahkan, nggak hanya berkarya, dengan menjadi jurnalis kamu juga berkontribusi membagikan informasi kepada masyarakat (asalkan informasinya bukan hoaks ya). Profesi jurnalis cocok bagi kamu yang suka berpikir secara aktual, sering kepo terhadap sesuatu, dan ingin mengeksplor hal-hal baru. Bahkan, kamu bisa menekuni bidang yang sesuai dengan passion kamu. Misalnya kamu suka mengikuti perkembangan fashion, mungkin kamu bisa bergabung dalam media-media khusus fashion atau gaya hidup. Selain itu, kamu juga bisa bertemu dan mendapat insight dari orang-orang ternama untuk jadi narasumber kalau kamu terjun sebagai jurnalis!

5. Blogger
Blogger sebagai profesi utama? Mungkin hal ini masih kedengaran skeptis, tapi percayalah banyak penulis di luar sana yang punya penghasilan memuaskan dengan menjadi blogger. Kalau kamu ingin menekuni profesi ini, kamu bisa mulai fokus mengembangkan blogmu dari sekarang. Berilah target seperti berapa banyak pembaca yang harus kamu dapatkan dalam setiap postinganmu, berapa frekuensi kamu menerbitkan tulisan, dan sebagainya. Kamu juga bisa memfokuskan diri menjadi penulis blogger dalam bidang apa, misalnya makanan, gaya hidup, atau traveling. Dengan begitu, pembaca jadi lebih mudah mengidentifikasi blog kamu. Jika kamu sudah punya angka pembaca yang cukup banyak, kamu bisa mulai membuka kerja sama dengan merek untuk mempromosikan serta mengulas produk dan acara mereka, juga bergabung dengan komunitas.

Yap, itu dia sedikit gambaran tentang profesi kepenulisan saat ini. Banyak orang memilih untuk nggak bekerja sesuai dengan passion karena dianggap membosankan, namun saya selalu percaya jika seseorang bekerja dalam bidang yang menjadi keahliannya, hasilnya akan jauh lebih maksimal. Nggak hanya itu, yang terpenting adalah bekerja ikhlas bersama hati, karena kita bukanlah robot yang harus menguras energi dan pikiran selama delapan jam sehari--kita juga harus menikmatinya.

Jadi, sudah siap untuk terjun ke industri kepenulisan? :)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar