Rembulan Menangis

By Laili Muttamimah - March 23, 2015


Ada satu malam ketika aku menepi di pinggir teralis, melihat semburat kemerahan melingkar indah di antara gumpalan awan kelam. Kulihat ia begitu bercahaya, seolah mengatakan padaku bahwa malam ini adalah malam yang sempurna baginya.

Aku tak pernah tahu, sudah berapa waktu kuhabiskan untuk berbagi dengannya. Entah ratusan dialog tercurah di antara kami. Pikiran yang saling bertabrakan. Emosi yang meledak satu sama lain. Perasaan yang terpendam.

Apakah Rembulan tahu? Bahwa satu hal yang kutakutkan adalah dirinya ditutupi oleh awan gelap. Berubah menjadi setengah lingkaran. Cahayanya tak lagi mengusik pandang. Hilang.

Pada suatu malam, aku kembali bertemu dengannya. Kali ini, kebisuan menyelimuti kami. Raut wajahnya berubah, tak lagi indah seperti pertama kali jumpa. Ada apa dengannya? Rasanya tak kuasa jika aku harus bertanya. Kubiarkan ia terbungkam, menunggunya untuk mengawali pembicaraan. Namun, ia tetap diam.

Mengapa rembulan menangis?

Aku tahu ia sudah lelah.

Begitu banyak mimpi yang membuncah dalam dadanya, namun harus ia simpan rekat-rekat.

Mengapa rembulan bersedih?

Jangan biarkan awan hitam bak kisah suram mengalahkan cahayamu.

Akan ada hujan, petir, badai, dan halilintar di luar sana yang akan menghadangmu. Apakah berhenti di titik ini dayamu?

Biarkan mimpi itu terus bermain dalam dirimu, wahai Rembulan. Ada satu masa percakapan kita akan menjadi satu hal yang kaukenang, satu masa yang tak akan pernah kau lupakan.

Jika mimpi itu sudah meledak bagaikan granat, maka satukanlah kembali dan kejarlah menuju tempat-tempat yang ingin kau jejaki. Bersinarlah seterang-terangnya. Apapun bentuknya. Setengah, sabit, bahkan purnama, kau akan tetap bercahaya.

Dan apakah artinya malam tanpa Rembulan yang terang? Aku tak lebih dari sekadar kepekatan bagi setiap orang. Apa pula artinya Rembulan tanpa langit malam? Ia tak akan terlihat benderang seperti seharusnya.

Bulan...

Temani para gemintang, jangan biarkan ambisimu hilang.

Kejarlah. Berlari sekencang-kencangnya.

Aku akan menantimu, pada purnama selanjutnya.

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar